Beberapa Olahraga Tradisional Yang Mulai Dilupakan
Ilustrasi - ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo

Beberapa Olahraga Tradisional Yang Mulai Dilupakan

Olahraga Tradisional- Olahraga tradisional merupakan permainan yang berkembang di masyarakat. Selain itu, olahraga juga merupakan budaya yang menjadi ciri khas negara.

Sayangnya, di tengah perkembangan media sosial dan dunia teknologi informasi saat ini, banyak orang yang tidak menyukai olahraga tradisional.

Tentu saja itu membutuhkan keajaiban. Sebab, jika anak muda saat ini kurang terlibat dalam relaksasi olahraga tradisional, hal terburuk yang bisa terjadi adalah permainan khas di negeri ini.

Upaya utama yang harus dilakukan semua pihak adalah memperkenalkan kembali olahraga tradisional kepada generasi muda, agar keberadaannya tetap terjaga.

Berikut informasi 5 olahraga tradisional yang mulai dilupakan !

1. Susumpitan

Olahraga tradisional yang pertama adalah Susumpitan. Dalam bahasa Sunda, Susumpitan berarti bermain dengan tongkat makan.

Menariknya, dalam tradisi nusantara, tidak hanya orang Sunda yang bermain sumpit, orang Dayak dan orang Papua pun sudah mengenal permainan ini sejak lama.

Sumpit Sunda terbuat dari rotan berdiameter kecil, panjangnya sekitar dua hingga dua meter. Pada bagian ujungnya diberikan lem perekat yang berfungsi agar sumpit tidak mudah patah.

Sumpit terbuat dari bambu yang telah menjadi pipih dan runcing pada ujungnya. Sedangkan pangkal anak panah diberi kapas atau busa agar mudah terbang saat didorong.

Orang Sunda mengenal sumpit sebagai senjata berburu. Seiring berjalannya waktu, sumpit kini dikenal sebagai olahraga permainan tradisional yang dikenal dengan simppitan.

Seperti halnya memanah, aturan dalam permainan tiup tradisional sangat sederhana, anak yang melempar sumpit harus tepat sasaran. Targetnya biasanya pepaya yang digantung dari jarak sekitar 5 meter.

Trends :   How to Watch Live Soccer Match Today

Meski terdengar mudah, namun membutuhkan kelincahan, kombinasi ketenangan dan keterampilan khusus untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.

2. Bedil Jepret

Olahraga tradisional berikutnya adalah Bedil Jepret, yang biasa dimainkan anak-anak Sunda di sawah sambil menunggu orang tua menanam.

Nama senapan digunakan karena olahraga tradisional ini dimainkan dengan cara menembak seperti senapan.
Petik biasanya terbuat dari bambu kuning tua.

Cara membuatnya sangat sederhana. Mula-mula bambu dipotong sampai ujungnya, kemudian diberi rongga dengan panjang 15 cm dan lebar 5 cm.

Di bagian belakang, ditutupi dengan sebatang bambu, juga ada rongga untuk memasukkan bambu lempar.

Uniknya, peluncur ini juga terbuat dari bambu yang dipotong rata sehingga bisa dengan mudah ditekuk. Kemudian pemicu ini dapat memulai benih timah yang dimasukkan ke dalam bambu.

Jika dulu anak-anak menggunakan kerikil sebagai timah, kini timah yang digunakan adalah lenca, sejenis sayuran yang digunakan masyarakat Sunda sebagai lalapan.

Ada dua mode dalam permainan Bedil Jepret, yaitu dimainkan secara berkelompok atau individual.

Jika dimainkan secara berkelompok, pesertanya harus lebih dari dua orang, masing-masing kelompok berusaha menjadikan lawan sebagai sasaran, seperti seseorang di medan perang.

Sedangkan individu dimainkan dengan menembak ke arah sasaran yang telah ditentukan.

3. Egrang

Bisa dibilang egrang merupakan salah satu olahraga tradisional yang masih banyak dikenal masyarakat. Olahraga Egrang membutuhkan alat peraga yang terbuat dari bambu.

Dua batang bambu dipotong dengan panjang sekitar 2-3 meter. Setiap bilah diberi alas. Kaki tersebut berukuran sekitar 30 cm dan diberi perlekatan untuk dapat menopang tubuh pemain.

Aspek gim Stilts sangat sederhana. Pemain hanya menempatkan kakinya di tangga dan memegang tangannya di atas bambu. Setiap bilah bambu diangkat secara bergantian dan digerakkan ke arah yang diinginkan.

Trends :   Watching Live Streaming Baseball Match Today

Kedengarannya mudah, tetapi ternyata memainkannya tidak semudah yang Anda bayangkan. Dibutuhkan kemampuan keseimbangan tubuh dan latihan khusus untuk bisa berjalan merata dengan egrang yang kokoh.

Sebagai permainan tradisional, Egrang dapat dikatakan sebagai permainan multikultural. Permainan tradisional ini tidak hanya diciptakan dan dikembangkan di satu daerah saja.

Selain Jawa Timur, masyarakat Lampung Selatan juga mengenal permainan yang mirip dengan Enggran.

Sedangkan di Jawa Tengah, orang mengenal permainan ini dengan nama egrang – konon nama ini berasal dari nama seekor burung berkaki panjang.

Pemain panggung terbiasa bersaing satu sama lain untuk kecepatan. Lomba kecepatan ini banyak dilakukan oleh orang dewasa.

Sprint dengan egrang membutuhkan kelincahan, kecepatan dan keseimbangan. Hal ini sesuai dengan filosofi permainan tradisional, yaitu hidup harus seimbang untuk mencapai tujuan.

4. Bola Api

Olahraga bola api ada di berbagai budaya di Indonesia, salah satunya Cirebon. Di Cirebon, Fireball biasanya diadakan sebelum Ramadhan.

Bola api juga menjadi salah satu hiburan populer di puncak akhir tahun ajaran di Sekolah Pisantrain.

Aturannya sama dengan permainan sepak bola pada umumnya. Bedanya, bola yang dimainkan memiliki api.

Bola ini dibuat dari kulit luar kelapa yang telah dikupas setelah direndam dalam minyak tanah selama beberapa bulan. Saat kelapa menyala, pemain akan menendang bola api yang menyala.

Di Cirebon, siswa biasanya memainkan olahraga Bola Api. Sebelum memulai pertandingan Fireball, siswa akan menunjukkan adegan kembang api kamar mandi tanpa memberi mereka alat apapun.

Trends :   How to Watch Live Hockey Match Today

Mahasiswa yang dibalut kembang api itu ditempatkan di tengah-tengah penonton.

Dia menggambar petasan panjang di sekitar tubuh siswa. Ketika dia dinyatakan siap di bawah mata penonton yang cemas, semua kembang api meledak dengan keras, dan pertandingan dimulai.

5. Begasing

Olahraga tradisional berikutnya adalah Begasing, yang pernah dilakukan oleh masyarakat Kutai, termasuk banyak daerah di Indonesia yang kurang lebih namanya sama.

Permainan olahraga ini menggunakan alat berupa atasan dan tali tarik.

Bagian atasnya berbentuk persegi panjang (simetris radial) dengan diameter sekitar 10-15 cm. Tinggi puncaknya sekitar 15-20 cm, salah satu ujungnya runcing dan permukaannya licin.

Pada akhirnya, bahan logam dipasang sebagai poros yang berputar – biasanya dengan paku. Jenis kayu yang umum digunakan antara lain bengali dan kayu ulin.

Pada saat yang sama, diameter tali sekitar 0,5 cm dan panjangnya 1-1,5 meter. Tali ini dililitkan di bagian atas dengan ujung tali menempel di jari pemain.

Kemudian bagian atas dilempar ke bawah seperti memukul sesuatu sehingga tali melilitnya membuat bagian atas berputar. Bagian atas dapat berputar selama 2-5 menit.

Area permainan yang digunakan berbentuk dua lingkaran. Lingkaran dalam berdiameter 1 meter sedangkan lingkaran luar berdiameter 5 meter. Setiap lingkaran memiliki nilai yang berbeda.

Mengemis dipertandingkan berpasangan atau satu lawan satu. Kedua pemain harus berusaha mempertahankan putaran atas selama mungkin dan tetap berada di area bermain.

Dalam beberapa ronde, pemain terbaik akan bergiliran mencoba menjatuhkan top lawan.

Bagian atas yang terlempar keluar dari area permainan atau yang berhenti berputar lebih dulu dinyatakan kalah.

Poin diberikan kepada pemain yang berhasil mengeluarkan bagian atas lawan atau yang dapat memutar bagian atas mereka untuk waktu yang paling lama.